Kali ini mau cerita tentang jalan-jalan ke Swiss. Liburan cuti tahunan kemarin saya dan suami Alhamdulillah bisa juga jalan-jalan ke Swiss. Total ada tiga kota yang kami explore di Swiss ini. Ada juga kota-kota lain yang cuma kami lewati sepintas saja. Untuk akomodasi dan budget-nya secara garis besar saja akan saya informasikan. Sementara itinerary di Swiss akan dirangkum kemudian.
Kali ini, saya mau share tentang kisah perjalanan saya ke salah satu kota yang bisa membuat hati saya mendung. Bukan Paris, ternyata ada kota lain yang membuat saya bisa mendadak romantis. Kota itu bernama Bern, sebuah ibu kota dari Switzerland (Swiss). Sebelumnya yang saya tahu ibu kota Swiss itu Zurich. Baru tahu malah ketika mau jalan ke Swiss. Ternyata ibu kotanya bukan di Zurich. Kenapa Zurich lebih terkenal ya di Indonesia, jadinya gak tahu kalau Bern itu yang sesungguhnya ibu kota (ketahuan kurang wawasan:)). Saya sempat ke Zurich sih, tapi gak explore cuma ke terminal dan stasiun utamanya saja, beli simcard Swiss, supaya bisa dipakai internetan (abaikan ocehan sia-sia)
Lanjut mengenai Bern. Begitu pertama kali menginjakan kaki ke Bern, kota ini berhasil mencuri hati saya. Bagaimana tidak?
Kontur Swiss yang umumnya perbukitan ternyata sangat dijaga kealamiannya. Padang rumput yang luas, bukit-bukit yang hijau, hingga danau-danau jernih masih terjaga. Begitu melihat Bern rasanya seperti melihat lukisan. Air sungai berkelok-kelok menikung membelah kota. Meandernya bahkan hingga membentuk huruf U.
Kalau begini teringat syair nasyid lawas
“Arungi meander terapung di hutan hujan
Saat taiga menyapa ramah kanopi memayungi
Semilir nada angin berseling epifit warna-warni
Disaat aku menikmati oh cantiknya suatu sudut bumi “
(Ini penggalan syair nasyidnya Gradasi, tiba-tiba aja inget nasyid lawas itu)
Karena ada sungai yang berkelok penghubung Bern juga memiliki jembatan-jembatan sebagai penghubung. Jembatan-jembatan tersebut ada yang merupakan jembatan tua yang masih dibiarkan dengan bentuk aslinya. Ada juga jembatan baru, seperti jembatan kereta api. Saat di kereta ketika berada di jembatan yang memasuki Kota Bern. Jangan sia-siakan dengan tidak memandang ke luar jendela ya! Rugi.
Oia, mengunjungi Bern bisa dengan kereta api. Saya memilih membeli Swiss Travell Pass untuk 3 hari. Karena kebetulan memang hanya 3 hari di Swiss. Beli travel pass bisa di stasiun mana pun. Saya beli di Stasiun Zurich harganya CHF 225 atau sekitar Rp 3,2 jutaan. Mahal ya! Untuk anak muda dan anak-anak harganya bisa lebih rendah dari yang dewasa. Tapi kalau pake Swiss Travell Pass ini bisa digunakan transportasi publik apa saja dan di daerah Swiss di mana saja. Yang asyik, bahkan bisa bepergian dengan boat.
Meskipun Bern adalah sebuah ibu kota, tapi rasa keindahan alamnya tak berkurang sama sekali. Berbagai taman terbuka juga dibangun di kota ini. Paling terkenal adalah taman beruangnya. Bukan sekedar nama, tapi taman ini benar-benar diisi oleh beruang. Taman terletak di pinggir jalan, sehingga siapapun bisa melihat beruang-beruang tersebut secara gratis. Ketika saya datang hampir tidak ada yang memfoto-foto di sekitar taman. Hanya satu dua orang saja yang berhenti di sekitar taman dan memfoto. Selain itu, mereka hanya lewat seperti biasa. Kalau warga Swissnya sendiri sih gak heran kalau gak foto-foto ya. Turis juga gak terlalu banyak hanya satu atau dua orang saja saat itu. Mungkin saat itu habis hujan, jadi gak banyak yang ke daerah situ. Untung juga sih buat saya. Jadi agak sepi-an. Bisa agak bebas foto-foto.
Beruang adalah hewan yang spesial di sini karena dijadikan simbol untuk kota Bern. Konon, Bern sendiri asal katanya dari bahasa Jerman yang artinya beruang.
Memasuki Kota Bern, selain akan disuguhkan keindahan panorama alam, mata ini akan dimanjakan dengan bangunan-bangunan tua khas Eropa. Bangunan-bangunan tersebut terletak di kawasan kota tua (Altstadt). Yang paling terkenal adalah kawasan Zytglogge. Di sini ada jam besar di era medieval yang akan berdentang setiap jam. Belum lagi sepanjang Zytglogge ini ada gerai-gerai toko yang mengisi bangunan-bangunan tua. Walau sekadar window shopping rasanya tak rugi. Oleh karena penataan-barang-barang di toko dibuat seapik mungkin. Antara toko yang satu dan toko yang lain seolah berlomba, memoles toko-toko mereka secara artistik. Apalagi di Bern terkenal juga dengan industry jam mewah yang diproduksi di sana. Sehingga toko-toko sekitar pun juga kerap menjual jam aneka ragam. Bern berada di peringkat kedua kota teraman untuk dihuni.
Sejak tahun 1983, kota tua yang menjadi pusat kotanya resmi menjadi situs warisan dunia dari UNESCO. Kota tua dari Bern, begitu sebutannya.
Seperti pada umumnya Kota di Swiss. Tentunya kota ini adalah kota yang mahal. Bahkan seringkali berada ke jajaran peringkat kota termahal di dunia. Jadi, kalau teman pas di sana, sebaiknya kalau jajan mikir-mikir dulu. Kecualikalau memang sudah ada budget-nya.
Mungkin saat saya ke sana, hati saya sedang biru. Sehingga melihat kecantikan Bern membuat hati saya benar-benar luluh. Apalagi, tatkala menyusur bangunan-bangunan era Medieval itu, musisi jalanan Bern menyuguhkan irama lembut dari gesekan celonya. Ditemani mendung dan hujan rintik-rintik saat itu. Langit sendu dan angin dingin yang berembus sudah tak jadi soal. Bern tetap mempesona.
4 Comments
Kemana-lagi
March 6, 2018 at 15:24Bikin iri ya,tu lagi Honeymoon kedua ya mba
🙂
koivie3
April 9, 2018 at 05:15Setiap hari honeymoon mas :D.
Anggie
March 22, 2018 at 14:12halo, makasi buat tulisan na.. mau tanya donk untuk swiss pass nya kl beli di stasiun kena cas ga ya?
trus kn sy pergi berdua suami. katanya kl beli 2 swiss pass, dimana travel na barengan terus.. bs dpt harga lbh murah ya untuk pass yg 1 ny? jd 1 harga normal, 1 lg lbh murah.. thx before
koivie3
April 9, 2018 at 05:10Pas saya ke sana harga sama aja mbak, seerti yang tertera di website swisspass. Tidak ada pengurangan harga karena pergi berdua.