Spiritual Travel Stories and Tips

Tentang Teman

Ibarat hidup adalah sebuah perjalanan mencapai tujuan, teman lah orang yang membersamainya. Namun teman yang membersamai akan datang silih berganti. Karena dalam kehidupan yang fana ini, rasanya tidak ada yang permanen dan tidak ada yang sama persis, plek ketiplek. Kalaupun tujuannya sama, tapi cara dan jalannya bisa berbeda-beda. Masing-masing orang mencapai tujuannya dengan tetap berjalan sendiri-sendiri, dengan caranya sendiri, meskipun berjalan bersisian.

Boleh jadi temen A menemani kita berjalan dalam fase hidup tertentu. Dipersimpangan jalan, A memilih jalannya sendiri dan harus berpisah. Oleh karena kita masing-masing punya impian, cita-cita, kepentingan yang berbeda. Teman itu kemudian pergi. Lalu di tengah jalan, bertemu dengan teman yang lain lagi. Ada yang sekedar say hallo saja ada yang ikut melangkah. Begitu seterusnya.

Mendapat teman seperjalanan yang baik akan membuat perjalanan lebih ringan meskipun selalu ada aral yang melintang di hadapan.  Teman yang baik tidak akan membuat perjalanan menjadi lebih sulit. Tak akan membuat perjalanan kita menjadi tersesat. Apalagi menjauh dari tujuannya.

Pertanyaan berikutnya adalah ke mana tujuan kita akan mengarah? Di sanalah teman-teman yang seperjalanan itu hadir.  Pastikan teman kita adalah teman yang benar-benar sama dengan tujuan kita.  Sehingga apabila kita salah arah, teman seperjalanan akan mengingatkan.

Teman seperjalanan itu bisa siapa saja.  Bisa pasangan hidup, keluarga, teman sekolah, mitra kerja, dan lainnya.  Tinggal apa tujuan kita? Masing-masing orang tentu punya pilihan hidupnya sendiri-sendiri.  Bagi saya sebagai seorang muslim, tujuan hidup tak lain tak bukan adalah menggapai Ridho Allah Swt.  Berjalan di dunia yang sementara ini untuk akhirnya menuju kampung akhirat yang sesungguhnya.

Tentang teman yang satu ini saya jadi teringat Ustadz Adi Hidayat.  Dalam ceramahnya beliau berpesan untuk mencari teman-teman yang bisa juga menolong ketika di akhirat nanti.  Teman-teman yang seperti apa? Yaitu teman-teman terbaik yang mendekat pada Alquran, sering bershalawat Nabi, mendekatkan pada hukum-hukum Allah, dan lainnya.  Sehingga ketika tingkat ibadah kita dibawah teman-teman yang shalih itu, kita masih berjalan bersisian dengan mereka.  Masih shalat, puasa, taklim, dan mengerjakan amalan shalih bersama mereka.  Hingga kelak jika kita tak ditemukan di surga.  Teman-teman inilah yang mencari kita.  Teman-teman inilah yang menjadi saksi di hadapan Allah.   MasyaAllah.

Memang teman itu mau tidak mau akan memberi pengaruh pada perjalanan kita.   Baik secara langsung maupun tidak langsung.  Teman yang mengajak kepada kebaikan akan membawa kita kepada kebaikan juga. Begitupun sebaliknya.  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menganjurkan kepada kita agar bersahabat dengan orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita.

 “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang shalih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi, jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal engkau dapat baunya yang tidak enak.” (HR. Bukhari no. 2101, dari Abu Musa)

Nah, teman seperjalanan apa yang ingin kita cari teman?  Jika tujuan kita sama, mari sama-sama menemukan teman-teman yang shalih yang bisa membawa kita ke surga.  Sebelum terlambat dan perjalanan hidup ini berakhir.

Wallahu A’lam

Related Posts

2 Comments

  • Reply
    Hamba Allah..
    July 14, 2019 at 11:43

    Betul sekali mba.. Apabila nnti di akhirat seseorng ditakdirkan masuk neraka krna amalan yg keliru maka selain Nabi, ada juga orng2 mukmin (apalagi teman sendiri) yg akan membantu mengeluarkan dari neraka seperti hadits ini:

    “Maka mereka datang kepadaku. Akupun meminta izin kepada Rabb-ku. Ketika aku melihat Rabb-ku, maka aku menjatuhkan diri bersujud kepadaNya. Allah membiarkan aku sesuai dengan apa yang dikehendakiNya. Kemudian dikatakan kepadaku (oleh Allah) : “Angkat kepalamu! Mintalah, niscaya engkau akan diberi! Katakanlah, niscaya perkataanmu akan didengar! Berilah syafa’at, sesungguhnya engkau diberi wewenang memberi syafa’at”.
    Maka aku mengangkat kepalaku. Lalu aku memuji-muji Rabb-ku dengan pujian yang Dia ajarkan kepadaku. Kemudian aku memberi syafa’at. Namun Allah memberi batasan kepadaku dengan suatu batasan. Lalu aku mengeluarkan mereka dari Neraka dan memasukkannya ke dalam surga. Kemudian aku kembali lagi kepada Allah, lalu aku menjatuhkan diri bersujud kepadaNya seperti saat pertama.(Demikian pula) pada yang ketiga atau keempat kalinya. Sehingga tidak ada lagi yang tersisa di dalam Neraka, kecuali orang yang ditahan oleh al Qur`an. Qotadah menjelaskan maksud orang yang ditahan oleh al Qur`an di dalam Neraka: “Ialah orang yang pasti kekal di dalamnya”. [HR Bukhari dan Muslim] [5].

    • Reply
      koivie3
      July 24, 2019 at 04:33

      Terima kasih atas nasehatnya mbak :).

    Leave a Reply