Ini adalah cerita saya bertemu teman seperjalanan ketika sedang travelling. Mr dan Mrs Sowave namanya. Mereka adalah pasangan suami istri asal Izmir, Turki. Mereka berdua adalah teman seperjalanan saya ketika mengikuti Red Tour di Cappadocia, Turki. Bila ditaksir usia mereka diatas 50 tahunan.
Mereka berdua ramah , bersahabat, dan suka bercerita. Apalagi peserta tur hanya 4 orang saja, saya bersama suami tambah dia dengan istrinya. Tak pelak, kami jadi saling menyapa dan bercerita. Sepanjang perjalanan bila ada kesempatan, mereka tak sungkan bercerita tentang Turki, Izmir khususnya. Apalagi ketika mengetahui destinasi kami selanjutnya adalah ke Izmir. Mereka tak sungkan memberi info tentang restoran terbaik, apa yang harus dilakukan, atau sekedar memberi saran perjalanan. Meskipun sebenarnya saya dan suami telah mengantongi informasi tentang Izmir tentunya. Akan tetapi, sebagai orang lokal tentunya pandangan Mr dan Mrs Sowave menjadi menarik dan bisa menambah informasi. Apalagi perjalanan kami di Turki mostly dilakukan mandiri. Hanya di Cappadocia saja menggunakan city tour karena transportasi publik yang tidak memadai. Sehingga informasi sekecil apapun sangat berharga.
Bila melihat Mr Sowave pertama kali, mungkin orang cenderung sungkan, perawakannya yang besar dengan suara yang berat dan menggelegar, terkesan seperti orang yang sedang marah-marah setiap kali bicara. Padahal ya tidak begitu. Sementara pembawaan Mrs Sowave lebih kalem.
Mr Sowave memanggil saya dengan sebutan Halide. Meskipun tidak keberatan dipanggil demikian, saya sudah berkali-kali bilang kalau nama saya Khalida dengan menggunakan huruf “a” dan bukan “e”. Akan tetapi Mr Sowave “ngotot” memanggil saya dengan sebutan Halide. Katanya, Halide itu adalah seorang penulis dan politisi perempuan terkenal di Turki di era 1900an. Saat dimana era transisi Ottoman menjadi Turki dengan sistem pemerintahan Republik sekuler. Mendengar cerita beliau saya hanya mengangguk-angguk saja.
Sebenarnya bertemu dengan mereka berdua adalah satu hal yang menyenangkan. Hanya saja “saking” bersahabatnya mereka berdua, terutama Mr Sowave berulang kali mengajak kami minum wine bersama. Padahal kami sudah menolak berkali-kali. Kami pun sudah mengemukakan kalau kami tak bisa minum wine. Tapi tetap saja Mr Sowave malah semakin menggoda. Akhir perjalanan harusnya kami ingin foto bersama jadi urung karena tawarannya semakin menjadi-jadi. Ya sudah karena beliau semakin memaksa, jadi kami langsung pamit, mengucapkan terima kasih, dan langsung kabur begitu red tour usai.
Bertemu dengan teman seperjalanan ketika traveling itu pasti punya cerita tersendiri. Bagaimanapun mereka telah menjadi bagian cerita dari perjalanan kita. Ada yang pertemanan itu lanjut bahkan awet hingga seterusnya. Ada juga yang hanya sampai di situ saja. Begitulah, masing-masing orang pasti punya cerita yang berbeda. Teman adakah kisahmu tentang teman perjalanan yang sangat memorable? Boleh diceritakan di sini :).
4 Comments
Ika Maya Susanti
January 9, 2018 at 09:31Mirip kayak cerita ini. Tapi kalau saya versinya kayak gini Mbak…
Jadi dulu, saya bisa deket dengan si A atau B, nemenin mereka di saat susah, tapi setelah itu selesai ya selesai. Kadang saya mikir, terkadang, kita memang dipertemukan dan didekatkan dengan orang lain untuk mendampingi di saat mereka butuh pertolongan orang lain. Tapi mereka bukan akan jadi teman lama dalam perjalanan panjang berikutnya.
koivie3
January 9, 2018 at 17:32Betul banget Mbak, teman itu hilir mudik dan silih berganti. Bahkan yang kita anggap sebagai sahabat pun, akan mengambil jalannya sendiri.
D I J A
January 9, 2018 at 14:25jadi punya nama baru ya Tante
gak papa, mr sowave memberi nama baru dengan maksud yang baik kok
koivie3
January 9, 2018 at 17:30Iya Dija semoga jadi penulis juga ya kayak si Mbak Halide :).