Siapa yang tak ingin punya keluarga yang harmonis? Suami istri saling menghargai dan menyayangi, sesama anggota keluarga rukun dan jarang bertengkar. Tentunya ini adalah impian setiap keluarga. Akan tetapi, pada kenyataannya seringkali kita dihadapkan oleh perbagai hal yang justru berkebalikan. Segala macam bentuk teori kenyataannya hanya mudah dibaca dan sulit untuk dipraktekan sehari-hari.
Saya dan pasangan tak punya rumus harmonis. Teori harmonis yang seperti apa pun kami tak tahu. Rumah tangga kami masihlah sedemikian “pagi”. Masih jauh untuk menyimpulkan ini dan itu. Kalau masalah yang terjadi saat ini masih dalam kategori “biasa-biasa” saja, entah esok hari. Kami tak pernah tahu apa yang terjadi esok, kelak, dan seterusnya. Siapa yang tahu isi hati manusia sekarang dan esok hari. Boleh jadi cinta yang menjadi kini, akan berubah menjadi duri esok hari. Tentu tak pernah akan ada yang mengira.
Kami tahu membentuk keluarga yang harmonis tentu tak bisa hanya sepihak saja. Dalam mengarungi bahtera rumah tangga, semua anggota harus turut berperan serta. Supaya kapal tak menjadi karam.
Lalu apa saja perangkat agar kapal tak karam? Kami tak tahu pasti. Hanya saja saya menulis catatan ini supaya kelak, apabila kapal ini oleng saya selalu ingat, saya dan L pernah mendiskusikan tentang ini. Bahwa catatan ini pernah menjadi saksi kami pernah berkomitmen tentang beberapa hal ini.
- Berkomunikasi dengan pasangan secara jujur dan terbuka.
- Saling menghormati, menghargai, dan menyayangi.
- Saling memberikan perhatian.
- Menerima kekurangan dan selalu mengingat kebaikan pasangan.
- Saling mendoakan.
Mungkin baru itu saja menurut pandangan kami. Meski sedikit dan kelihatan sederhana, kenyataannya sulit sekali benar-benar dipraktikan. Namanya manusia seringkali banyak khilaf dan lupanya.
No Comments