Semenjak tinggal di Riyadh, jadi bertemu dengan banyak orang dari berbagai negara. Apalagi semenjak sekolah di Daar Adh-Dhikr. Setiap hari mendengar orang bicara dengan bahasa negaranya masing-masing. Bagi saya menarik meskipun saya tidak tahu apa yang mereka bicarakan. Untuk berinteraksi dengan teman dari negara lain menggunakan Bahasa Inggris dan Bahasa Arab. Jujur saja itu sangat melatih kemampuan berkomunikasi, meskipun Bahasa Inggris dan Arab saya masih sangat minim.
Baca : Belajar Bahasa Arab
Meskipun demikian, ada kalanya saya merasa “sungkan” untuk menyapa atau ngobrol ke beberapa orang. Terutama ke teman-teman yang asli orang Eropa. Bukan yang imigran atau keluarga campuran yang tinggal di Eropa. Tapi murni orang Eropa asli. Yang buyut-buyutnya lahir di negara tersebut. Mungkin karena beberapa dari mereka memang tidak budaya berbasa basi atau tersenyum ketika bertatapan dengan orang yang tidak dikenal, sehingga kelihatan kaku (bagi saya). Padahal sebetulnya kalau sudah kenal ya sama seperti kebanyakan orang lainnya. Sementara kalau orang Eropa campuran atau imigran cenderung lebih mudah berinteraksi. Tidak ada yang salah sih dari hal tersebut karena kehidupan sosial kita memang berbeda. Sehingga hal itu sah-sah saja.
Jangan samakan social life kita dengan orang lain. Kebiasaan dan kebudayaan orang lain di suatu negara bakalan membentuk social life-nya. Ada basa-basi yang bagi kita biasa-biasa aja, tetapi bagi bangsa lain sungguh suatu yang tidak pantas atau tidak sopan ditanyakan. Contohnya saja nih, bila kita bertemu “bule” yang tidak kita kenal (asing), sebaiknya jangan ujug-ujug nanya hal-hal yang bersifat privacy, seperti abis dari mana, abis ngapain aja, udah nikah apa belum, dan hal privat lainnya. Mungkin maksud kita basa-basi tapi pertanyaan tersebut jadi tidak sopan.
Teman-teman saya yang “bule” kebanyakan dari Eropa paling banyak orang Prancis. Tidak semua orang Prancis “totok”. Beberapa adalah imigran atau campuran dari Afrika dan Timur Tengah. Untuk yang campuran ini kelihatannya lebih terbuka dalam berkomunikasi. Sehingga saya lebih merasa tidak sungkan untuk mulai “menyapa” duluan. Sementara untuk teman yang asli sana, kalau tidak penting-penting amat ya tidak mengobrol.
Kemarin saya terlambat masuk kelas. Sehingga saya asal duduk dimana saja, asal kelihatan bangku kosong. Saya pun tidak memperhatikan kanan-kiri saya siapa lagi. Tak berapa lama saya duduk, sebelah saya menyapa dengan halus. “Assalamualaikum”. Saya menoleh sembari menjawab salamnya, rupanya yang menyapa saya adalah Alexandra . Alexandra adalah orang Prancis “totok”. Tipikal salah satu yang sungkan saya ajak ngobrol. Alexandra hanya tersenyum tipis ke arah saya yang saya balas tipis juga, setipis isi dompet saya.
Oleh karena pelajaran tengah berjalan, saya langsung fokus saja. Namun karena ketinggalan pelajaran, saya jadi kerepotan mencatat dan memahami. Seolah mengerti apa yang saya rasakan, Alex berkali-kali membantu saya. Alex menawari saya catatan-catatannya dan juga membantu saya memahami tulisan guru di kelas. Setelah jam pelajaran usai, saya mencoba ngobrol-ngobrol sedikit dengan Alex. Ternyata tak sekaku apa yang saya kira. Dia cukup komunikatif dan kadang bercanda.
Hmm… memang yah kalau belum tahu sebaiknya tidak menduga-duga. Takutnya malah jadi su’udzon. Lagipula social life dan privacy orang juga harus dihormati. Ada orang-orang yang memang gak ingin ditanya dan berbasa basi. Untuk orang-orang tersebut, sebaiknya gak usah terlalu “kepo” lah, hehehe.
#Harikesepuluh
#Tantangan10Hari
#Level2
#KuliahBunSayIIP
#MelatihKemandirian
2 Comments
D I J A
January 9, 2018 at 14:28berarti memang benar ya Tante
orang indonesia itu paling murah senyum
bahkan sama orang asing pun senyum senyum aja gitu
koivie3
January 9, 2018 at 17:28Iya nih kebiasaan banyak basa basi jadinya. Orang luar mah cuek aja yah :D.