Saya tidak suka ada di dapur. Saya tidak suka kalau baju saya bau hangus terkena asap ataupun uap makanan. Saya juga tidak suka kepanasan dan berkeringat di depan kompor. Saya tidak suka melihat sink yang penuh dengan peralatan masak dengan sisa makanan dan menyebabkan bau…eyuuh! Intinya saya tidak suka kegiatan memasak.
Ibu saya tau itu, dan sering bilang kalau saya harus bisa masak. Bukan karena saya perempuan, tetapi supaya saya bisa survive. Ibu saya percaya banget kalau masak adalah salah satu skill bertahan hidup, hehehe. Menurut Ibu saya, enggak selamanya makanan beli itu sesuai selera, enak dan sehat. Lebih utama lagi, dimanapun kita berada, dengan bisa memasak, kita bisa makan dan berhemat, begitu menurut Ibu. Akan tetapi, memang dasar anak perempuannya ini bebal. Tetap saja susah dibilangin, sampai ibu saya pasrah dan percaya, kalau suatu saat ada keajaiban bahwa saya bisa masak dengan sendirinya :D.
Setelah menikah, suami saya lebih santai lagi. Dia orang yang gak pernah nyuruh-nyuruh saya masak. Kalo gak mau masak ya makan diluar atau nebeng makan di rumah orang tua dan mertua, hehehe. Akan tetapi, mengingat setelah nikah itu kado buat keperluan dapur seperti kompor, panci, dan teman-temannya telah terisi, sayang juga jika gak terpakai. Mulailah saya mencoba-coba memasak.
Akhirnya mulailah perburuan untuk bahan dapur. Saya memberanikan diri ke pasar, bargain dengan tukang sayur dan hunting bumbu-bumbu. Sampai dapur siap masak. Saat itu saya mau masak capcay langsung buka-buka resep dan plung…plung…plung, cemplungin semua bumbu dan bahannya. Setelah selesai, saya taruh di piring dan memanggil suami. Cekrek! Suami saya datang-datang langsung menggambil gambar masakan saya dari ponselnya.
Suami saya hanya senyum-senyum ngeliat saya kaget. Saya melihat matanya yang berbinar dan terlihat raut wajahnya yang senang, mungkin menurutnya keajaiban telah datang :D. Saya dan suami pun langsung makan. Begitu suapan pertama masuk kedalam mulut, ketahuanlah bahwa rasa capcay saya hambar. Padahal menurut saya pas dicoba tadi rasanya enggak sehambar ini. Saya gak selera dengan masakan saya sendiri. Pingin nangis saat itu juga, tapi gengsi di depan suami. Untungnya suami saya gak protes, tidak sepatah katapun dia bilang kalo masakan saya enggak enak.
Belajar masak lagi saya mulai menggoreng bakwan dan lagi-lagi bakwannya gosong. Duh goreng bakwan aja kok ya pake gosong segala. Tidak peduli dengan bakwan yang bentuknya sudah aneka rupa suami tetap moto makanan saya. Saya coba lagi buat kue coklat, tetapi gagal lagi. Kue coklat yang saya buat,keras, bantet, dan gosong…lagi-lagi cekrek, suami tetap mengabadikan. Semakin penasaran saya buat makanan ina-itu dan cekrak-cekrek suami saya tetap setia mengabadikan dengan kamera ponsel.
Tentu saja bisa dibilang penampakannya sangat enggak banget. Ada bakwan gosong, kue coklat hangus yang kerasnya seperti makan gagang pintu, roti yang awur-awuran dan lebih mirip makanan ayam, bakpao yang bantet, sop yang keasinan, dan masih banyak kegagalan di dapur lainnya. Sampai-sampai saya bertanya dalam diri saya sendiri, “Tuhan mungkinkah saya memang ditakdirkan untuk tidak bisa memasak?” Uhuk …*tiba-tiba drama*.
Kian hari kian berproses, saya tidak menyerah. Sampai sedikit-sedikit membuahkan hasil. Mungkin karena doa ibu dan suami saya :). Memanglah benar ada kutipan bahwa tidak ada hasil yang mengingkari prosesnya. Sedikit-sedikit masakan saya enak dipandang mata, juga bersahabat di mulut saya. Saya mulai bisa masak yang dulunya menurut saya masakan ribet yang gak mungkin saya buat, seperti rendang dan gulai. Kebiasaan suami saya yang cekrak-cekrek dengan kamera ponselnya juga masih berlanjut. Saya pun ketularan cekrak-cekrek dengan kamera ponsel saya. Kalau dulu, saya gak pernah meminta suami untuk moto masakan saya, sekarang saya yang suka panggil-panggil dia untuk motoin.
Lama kelamaan saya jadi menikmati saat-saat di dapur. Apalagi, ketika saya berkesempatan untuk tinggal di negri orang. Ketemu banyak orang dari berbagai macam negara. Saya pun tertarik untuk kuliner rasa, hingga akhirnya muncul kesenangan yang baru saat ini, yaitu mencoba memodifikasi dan menduplikasi makanan dari berbagai negara. Mulailah saya mencoba membuat makanan-makanan yang susah disebut. Kemudian makanan-makanan asing mulai dari nasi Tapsilog dari Filipina, Chicken Steak, Fathayer Halloumi, Chicken Fritter, Saus Gravy, Saus béchamel, dan lainnya. Tentunya, kamera ponsel tetap merekam kesenangan baru saya ini. Kalau dulu cuma cekrak-cekrek seadanya, sekarang sedikit-sedikit mulai belajar penataan makanan supaya lebih enak difoto.
Empat tahun berlalu, kebiasaan suami dan saya cekrak-cekrek masakan sendiri tetap berlangsung. Meskipun tidak setiap saat atau setiap hari dipoto. Kadang, kami berdua mencoba membuka foto lama , mengenang saat-saat itu dan terkikik-kikik sendiri melihat hancur baurnya masakan saya kala itu. Untungnya ada kamera ponsel, sehingga kenangan itu terekam dengan baik.
Entah sampai kapan kebiasaan cekrak-cekrek ini akan berhenti saya juga tidak tahu. Saat ini malah lagi semangat-semangatnya untuk motret apalagi sekarang zamannya instagram. Tentunya saya mau foto masakan juga bisa nampang dengan indah di instagram. Soalnya selama ini belum begitu pede, karena gambar yang tidak terlalu baik. Untuk itu, butuh perangkat kamera yang juga bagus. Browsing ada kamera Zenfone 2 Laser ZE550KL yang ponsel kameranya kece. Kamera belakangnya dengan PixelMaster 13MP, katanya bisa mampu mengambil foto indah dengan resolusi tinggi dan lebih jernih. Laser di ZenFone 2 ini dilansir dari situs resmi Asus, mampu mengukur jarak dalam kecepatan cahaya dan menerjemahkan fokus hanya kurang dari 1 detik, apalagi saat minim cahaya. Wah, cocok nih buat saya dan suami buat merekam proses perjalanan kehidupan kami, hehehe.
‘Giveaway Aku dan Kamera Ponsel by uniekkaswarganti.com‘
11 Comments
Ery Udya
July 15, 2016 at 14:16Kamera ponsel emang penolong. selain itu juga praktis, bisa dibawa ke mana-mana 🙂
koivie3
July 15, 2016 at 19:45Betul banget praktis dan gampang.
Khoirur Rohmah
July 18, 2016 at 15:00Usha dan kerja kerasnya membuahkan hasil banget ya mbk…
Aku aja smpe saat ini maish blum pati bisa memasak yg bumbu dan bahannya aneh2. huehee..
Kadang2 juga belum ahli jeprat jepret makanan 😀
xixixixi
koivie3
July 18, 2016 at 23:03Hahaa sama aja mbak, itu juga masih banyak gagalnyah.
Ruth Nina
July 20, 2016 at 12:43Aku masih terkagum-kagum liat masakannya. Kue coklat hangus kadang bisa jadi cooke/biscotti teman minum kopi Mba. Saya malah kadang prefer yang gosong. Mungkin karena saya ngga bisa masak haha.
koivie3
July 20, 2016 at 16:03Hahaa mbak ruth :D. Oia sip2 nanti klo kue gosong mau coba jadi temen minum teh deh. Soalnya kue coklst yg waktu itu sy buat selain gosong kerasnya ampun deh kaya makan meja :p.
Nathalia DP
July 26, 2016 at 17:10rajin ih yg gagal jg difoto 🙂
koivie3
July 30, 2016 at 05:15Hehe iya kerajinan ya 😀
Uniek Kaswarganti
August 1, 2016 at 15:52Terima kasih sudah ikutan GA Aku dan #KameraPonsel. Good luck.
koivie3
August 5, 2016 at 17:03Terima kasih mbak uniek 🙂
Rizki Vadilla
September 17, 2017 at 15:28jaman sekarang emang penting banget buat dokumentasi keseharian, apalagi sekarang kamera ponsel kualitasnya udah bagus